gambar

gambar
KETUA KELAS

Sabtu, 20 Maret 2010

ASKEP BATU GINJAL

Oleh: Ni Luh Putu Susi Antari (04.07.1628)
A. Definisi
Urolithiasis atau Batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih (urolithiasis).Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.

B . Etiologi

Terbentuknya batu saluran kemih atau batu ginjal diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolic , infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap/idiopatik.
Secara epidemiologis terdapat beberapa factor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.

Faktor- factor tersebut antara lain :

a. Faktor Intrinsik :
• Herediter (keturunan)
• Umur :sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.
• Jenis Kelamin :lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan.
b. Faktor Ekstrinsik :
• Geografis :
• Iklim dan temperature
• Asupan air
• Diet : Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium.
• Pekerjaan : Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk.
Sumber lain juga mengatakan bahwa terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal.
Faktor-faktor lain yang dikaitkan dengan pembentukan batu adalah sebagai berikut :

• Pemakan Antasid dalam jangka panjang
• Terlalu banyak vitamin D,dan calsium carbonate





C. Teori Terbentuknya Urolithiasis/Batu Ginjal :
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.
D. Patofisiologi Urolithiasis/Batu Ginjal

Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal)

E. Gambaran Klinik dan Diagnosis Urolithiasis/Batu Ginjal

Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didaptkan demam/menggigil.
Pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya lekosit, hematuria dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai penyebab timbulnya batu salran kemih (kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat dalam darah dan urine).
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radio-opak dan paling sering dijumpai di atara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen).
Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non opak yang tidak tampak pada foto polos abdomen.
Ultrasongrafi dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV seperti pada keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun dan pada pregnansi. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (tampak sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis atau pengkerutan ginjal.





F. Penatalaksanaan Urolithiasis/Batu Ginjal

Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat.
Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.



G. Pencegahan Urolithiasis/Batu Ginjal

Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
2. Rendah oksalat
3. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria
4. Rendah purin
5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II


H. Pemeriksaan penunjang

• Hb
• LED
• Hematokrit
• Leukosit
• Eritrosit
• Trombosit
• Aseton darah
• Diff Count
• SGOT
• SGPT
• Protein total
• Ureum
• Kreatinin
• Uric acid
• Masa perdarahan
• Masa bekuan
• Albumin
• Globulin
• Na
• K
• Cl
• Ureum darah
• Kreatinin
• Urine :
- Warna
- BJ
- PH
- reduksi
- epitel
- lekosit

Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul Pada Urolithiasis/Batu Ginjal

A. Nyeri sehubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap batu ginjal dan spasme otot polos.

1). Tujuan : mendemonstrasikan rasa nyeri hilang
2). Kriteria hasil : tak ada nyeri, ekspresi wajah rileks, tak ada mengerang dan
perilaku melindungi bagian yang nyeri, frekwensi nadi 60-100 kali/menit,
frekwensi nafas 12-24 kali/menit
3). Rencana tindakan / intervensi:
a). Kaji dan catat lokasi, intensitas (skala 0-10) dan penyebarannya.
Perhatikan tanda-tanda verbal : tekanan darah, nadi, gelisah, merintih
b). Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap
perubahan kejadian/karakteristik nyeri
c). Berikan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan seperti pijatan
punggung, lingkungan nyaman, istirahat
d). Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi
dan aktifitas terapeutik
e). Dorong/bantu dengan ambulasi sesuai indikasi dan tingkatkan
pemasukan cairan sedikitnya 3-4 l/hari dalam toleransi jantung
f). Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi :
- narkotik
- antispasmmodik
- kortikosteroid
g). Berikan kompres hangat pada punggung
h). Pertahankan patensi kateter bila digunakan

B. Perubahan pola eliminasi urine sehubungan dengan obstruksi mekanik, inflamasi.

1). Tujuan : klien berkemih dengan jumlah normal dan pola biasa atau tidak ada
gangguan
2). Kriteria hasil : jumlah urine 1500 ml/24 jam dan pola biasa, tidak ada distensi
kandung kemih dan oedema
3). Rencana tindakan:
a). Monitor pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine
b). Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi
c). Dorng klien untuk meningkatkan pemasukan cairan
d). Periksa semua urine, catat adanya keluaran batu dan kirim ke

laboratorium untuk di periksa.
e). Selidiki keluhan kandung kemih penuh : palpasi untuk distensi
suprapubik. Perhatikan penurunan keluaran urine, adanya edema
periorbital/tergantung
f). Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
g). Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN kreatinin
h). Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas
i). Berikan obat sesuai indikasi, contoh :
- asetazolamid, alupurinol
- HCT, klortaridon
- amonium klorida : kalium fosfat/natrium fosfat
- agen antigout
- antibiotik
- natrium bikarbonat
- asam askorbat
j). Perhatikan patensi kateter tak menetap, bila menggunakan
k). Irigasi dengan asam atau larutan alkali sesuai indikasi
B. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf
abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.

1. Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
2. Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda
vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik
haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
3. Rencana tindakan:

a) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik.
b) Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul.
c) Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas.
d) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
e) Pantau masukan dan pengeluaran.
f) Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam
g) batas yang dapat ditoleransi jantung.
h) Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
i) Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB,
j) nadi tidak teratur.





Daftar pustaka

• R. Sjamsuhidajat. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
• Soeparman & Sarwono waspadji. 1999 . Ilmu Penyakit dalam. Gaya Baru.
Jakarta ..
• Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawatan Medikal bedah.
EGC: Jakarta
• National kidney and Urologic Diseases Information Clearing house. Kidney
Stone In Adult. Dimabil 17 Februari
2006.http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/stonesadults

1 komentar:

  1. terimakasih banyak infonya, sangat menarik sekali dan bermanfaat

    http://landongobatherbal.com/obat-herbal-infeksi-ginjal/

    BalasHapus