gambar

gambar
KETUA KELAS

Sabtu, 13 Maret 2010

DIABETES INSIPIDUS

DIABETES INSIPIDUS


A. PENGERTIAN

Diabetes insipidus merupakan suatu gangguan proses metabolisme air di dalam ginjal (khususnya masalah reabsorbsi air) yang disebabkan karena adanya kekurangan hormon ADH (Anti Diuretik Hormon).
ADH merupakan hormon yang mengatur pengeluaran/eliminasi cairan sisa metabolisme tubuh (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah urin, bukan keringat). Fungsi utama ADH adalah untuk meningkatkan reabsorbsi air di dalam tubulus ginjal. Jika produksi ADH turun, maka tubulus Rata Penuhtidak dapat menyerap air kembali dengan baik. Akibatnya urin yang dikeluarkan menjadi banyak (poliuria).

B. ETIOLOGI

Penyebab dari diabetes insipidus:
1. Diabitus insipidus central atau neurogenik
a. Kelainan hipotalumus dan kelenjar pituetary posterior karena familial atau idiopatic,atau disebut diabitus insipidus primer.
b. Kerusakan kelenjar karena tumor pada area hipotalamus, pituitary, trauma, proses infeksi, gangguan aliran aliran darah, tumor metastase dari mamae atau paru disebut diabitus insipidus sekunder.
c. Pengaruh obat yang dapat mempengaruhi sintesis dan sekresi ADH seperti phenitoin, alkohol, lithium carbonat.
2. Diabetes insipidus Nephrogenik (tidak responsif terhadap ADH eksogen)
a. Penyakit ginjal kronik
b. Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia)
c. Pengaruh obat-obatan.
Misalnya litium, demoksiklin, asetoheksamid, tolazamid, glikurid, propoksifen,dll.
d. Penyakit cycle cell
e. Gangguan Diet


C. PATOFISIOLOGI

Fungsi utama ADH adalah meningkatkan reabsorbsi air di tubulus ginjal dan mengontrol tekanan osmotik cairan extra selular. Ketika produksi ADH menurun secara berlebihan, tubulus ginjal tidak mereabsorbsi air, sehingga air banyak diekskresikan menjadi urine, urinenya menjadi sangat encer dan banyak ( poliuria ) sehingga menyebabkan dehidrasi dan peningkatan osmolaritas serum. Peningkatan osmolaritas serum akan merangsang chemoreseptor dan sensasi haus kortek cerebral. Sehingga akan meningkatkan intake cairan peroral ( polidipsi ). Akan tetapi bila mekanisme ini tidak adekwat atau tidak ada, dehidrasi akan semakin memburuk. Pada diabitus militus urine banyak mengandung glukosa sedangkan pada diabitus insipidus urinenya sangat tidak mengandung glukosa dan sangat encer.

D. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis yang dapat diamati yaitu:
  • Poliuria dimana urin sangat banyak (4-30 L/ hari), dan sangat encer (BJ 1.001-1.005)
  • Polidipsi / banyak minum. Penderita bisa minum 5-10 L per hari
  • Gejala dehidrasi (peningkatan suhu tubuh, turgor kulit jelek, bibir kering, dll)
  • Hiper-osmolar serum
  • Hipo-osmolar urin

E. DIAGNOSA

Diagnosis diabetes insipidus dapat ditegakkan dengan 3 hal.
1. Apabila terjadi poliuria tapi bukan karena seseorang banyak minum.
Kalau seseorang banyak minum (karena aktifitas dan sebagainya) itu wajar dan bukan merupakan diabetes insipidus.
2. Apabila ada poliuria tapi bukan merupakan bagian dari periode suatu penyakit.
Misalnya pada kasus GGA (gagal ginjal akut) biasanya ada periode poliuri dan ada periode oligouri (maka ini bukan diabetes insipidus).
3. Kandungan / bahan terlarut dalam urin penderita diabetes insipidus hanya air murni. Jadi jika dalam urin ternyata ditemukan gula misalnya, maka jelas ini bukan diabetes insipidus, melainkan diabetes melitus.



F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjangnya antara lain:
Ø Hickey Hare atau Carter-Robbins
Ø Fluid deprivation
Ø Uji nikotin
Prinsip dari ketiga pemeriksaan tersebut yaitu untuk mengetahui volume dan berat jenis urin. Adapun untuk mengetahui jenis diabetes insipidusnya dapat menggunakan pemeriksaan vasopresin sintetis. Pada diabetes insipidus sentral akan terjadi penurunan jumlah urin. Sedangkan pada diabetes insipidus nefrogenik tidak terjadi apa-apa.


G. PENATALAKSANAAN

Pengobatan pada Diabetes Insipidus harus sesuai dengan gejala yang ditimbulkannya. Pada pasien DIS parsial mekanisme haus yang tanpa gejala nokturia dan poliuria yang mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari tidak diperlukan terapi khusus.
Pada DIS yang komplit, biasanya diperlukan terapi hormone pengganti (hormonal replacement) DDAVP (1-desamino-8-d-arginine vasopressin) yang merupakan pilihan utama.
Selain itu, bisa juga digunakan terapi adjuvant yang mengatur keseimbangan air, seperti: Diuretik Tiazid, Klorpropamid, Klofibrat, Karbamazepin.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

a. Riwayat:
Trauma kepala, pembedahan kepala, pemakaian obat phenotoin, lithium karbamat, infeksi kranial, tumor paru/mamae. Riwayat keluarga menderita kerusakan tubulus ginjal atau penyakit yang sama.

b. Pemeriksaan fisik
- Gastro intestinal : polidipsi, BB turun
- Kardiovaskular : tanda dehidrasi ( nadi cepat, TD turun, dll)
- Respirasi : tanda dehidrasi ( napas cepat, pucat )
- Renal : poliuria 5-30 lt/hari, sering berkemih, nocturia
- Integumen: membran mukosa dan kulit kering, turgor tidak elastis

c. Pemeriksaan penunjang
- Hiperosmolar serum
- Hipoosmolar urine
- BJ urine kurang dari 1.005
- Gangguan elektrolit.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (poliuri)
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor dan status cairan
3. Hiperthermi berhubungan dengan dehidrasi
4. Kerusakan eliminasi urin berhubungan dengan penyebab multiple (gangguan reabsorbsi air di tubulus ginjal)
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan demam dan hal yang menyebabkan terjaga (poliuri)
6. Resiko konstipasi behubungan dengan kurang intake cairan dan dehidrasi

C. TUJUAN

a) DX 1
HYDRATION (0602)
i. 060201 Hirasi kulit adekuat
ii. 060202 membran mukosa lembab
iii. 060205 tak ada haus berlebih

b) DX 2
TISSUE INTEGRITY: SKIN & MUCOUS MEMBRANES (1101)
i. 110101 Temperatur jaringan DBN
ii. 110102 Sensasi normal
iii. 110103 Elastisitas normal
iv. 110104 Hidrasi normal
v. 110108 Tekstur normal

c) DX 3
THERMOREGULATION (0800)
i. 080001 temperatur kulit normal
ii. 080002 temperatur tubuh dalam rentang normal
iii. 080012 nadi DBN
iv. 080013 respirasi DBN
v. 080014 hidrasi adekuat

d) DX 4
URINARY ELIMINATION (0503)
i. 050301 pola eliminasi normal
ii. 050302 bau urin normal
iii. 050303 kandungan urin normal
iv. 050307 pemasukan cairan adekuat
v. 050324 elektrolit urin DBN

e) DX 5
SLEEP (0004)
i. 000403 pola tidur normal
ii. 000405 kualitas tidur baik
iii. 000406 tidur tidak terganggu
iv. 000407 tidur rutin

f) DX 6
BOWEL ELIMINATION (0501)
i. 050110 tak ada konstipasi
ii. 050112 eliminasi feses mudah
iii. 050124 pemasukan cairan adekuat
iv. 050125 pemasukan serat adekuat


D. PERENCANAAN

DX 1
FLUID MANAGEMENT (4120)
- Catat intake dan output
- Monitor status hidrasi
- Berikan cairan sesuai kebutuhan
- Tawarkan makanan ringan (buah/jus buah)

DX 2
SKIN SURVEILLANCE (3590)
- Inspeksi kulit dan membran mukosa (kemerahan,suhu dan kekeringan)
- Monitor perubahan suhu kulit.
- Monitor perubahan warna kulit

DX 3
FEVER TREATMENT (3740)
- Monitor suhu tubuh sesering mungkin sesuai kebutuhan
- Monitor IWL
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor TTV
- Monitor intake dan output
- Monitor keseimbangan asam basa
- Kolaborasikan pemberian antipiretik

DX 4
URINARY ELIMINATION MANAGEMENT (0590)
- Monitor eliminasi urin termasuk frekuensi,konsistensi,bau,volume dan warna urin.
- Catat eliminasi urin terakhir
- Instruksikan kaluarga untuk mencatat pengeluaran urin

DX 5
SLEEP ENHANCEMENT (1850)
- Monitor dan catat pola tidur pasien dan lama pasien tidur.
- Catat gangguan selama tidur (frekuensi berkemih)
- Sediakan waktu tidur siang untuk pasien
- Ajarkan pasien mengeliminasi stres sebelum tidur

DX 6
BOWEL MANAGEMENT (0430)
- Monitor tanda dan gejala konstipasi
- Instruksikan pasien mengkonsumsi seart tinggi
- Berikan air hangat setelah makan



E. IMPLEMENTASI

DX 1
- Mencatat intake dan output
- Memonitor status hidrasi
- Memberikan cairan sesuai kebutuhan
- Memberikan makanan ringan (buah/jus buah)

DX 2
- Menginspeksi kulit dan membran mukosa (kemerahan, suhu dan kekeringan)
- Memonitor perubahan suhu kulit.
- Memonitor perubahan warna kulit

DX 3
- Memonitor suhu tubuh sesering mungkin sesuai kebutuhan
- Memonitor IWL
- Memonitor warna dan suhu kulit
- Memonitor TTV
- Memonitor intake dan output
- Memonitor keseimbangan asam basa
- Mengkolaborasikan pemberian antipiretik

DX 4
- Memonitor eliminasi urin termasuk frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna urin.
- Mencatat eliminasi urin terakhir
- Menginstruksikan kaluarga untuk mencatat pengeluaran urin

DX 5
- Memonitor dan catat pola tidur pasien dan lama pasien tidur.
- Mencatat gangguan selama tidur (frekuensi berkemih)
- Menyediakan waktu tidur siang untuk pasien
- Mengajarkan pasien mengeliminasi stres sebelum tidur

DX 6
- Memonitor tanda dan gejala konstipasi
- Menginstruksikan pasien mengkonsumsi serat tinggi
- Memberikan air hangat setelah makan




H. SUMBER
http://afiyahhidayati.wordpress.com/2009/03/24/diabetes-insipidus/
http://zulkiflithamrin.blogspot.com/2007/06/diabetes-insipidus.html
http://rohmatika1987.wordpress.com/2009/05/02/askep-diabetes-insipidus/
Iowa Intervention Project.1996.Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby-year Book Inc
Iowa Intervention Project.2000.Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby-year Book Inc
Panduan Diagnosa Nanda


PENULIS:
DIYAN SUSILOWATI
B / KP /VI
04.07.1609

1 komentar:

  1. makasih ..nice posting!!
    mampir di
    http://www.arisulistianto.blogspot.com
    Blog Mahasiswa Keperawatan

    BalasHapus