gambar

gambar
KETUA KELAS

Sabtu, 13 Maret 2010

ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERITONITIS



Askep pada Klien dengan PERITONITIS

PENGERTIAN
Peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa.

ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri
• Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
• Appendisitis yang meradang dan perforasi
• Tukak peptik (lambung / dudenum)
• Tukak thypoid
• Tukan disentri amuba / colitis
• Tukak pada tumor
• Salpingitis
• Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus  dan  hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah clostridium wechii.


2. Secara langsung dari luar.
• Operasi yang tidak steril
• Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi peritonitisyang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa serta merupakan peritonitis lokal.
• Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati
• Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis. Terbentuk pula peritonitis granulomatosa.

3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokokus.


GEJALA DAN TANDA
• Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa penderita peritonitis umum.
• Demam
• Distensi abdomen
• Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung pada perluasan iritasi peritonitis.
• Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang jauh dari lokasi peritonitisnya.
• Nausea
• Vomiting
• Penurunan peristaltik.

PATOFISIOLOGI
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen ke dalam rongga abdomen, biasanya diakibatkan dan peradangan iskemia, trauma atau perforasi tumor, peritoneal diawali terkontaminasi material.
Awalnya material masuk ke dalam rongga abdomen adalah steril (kecuali pada kasus peritoneal dialisis) tetapi dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri. Akibatnya timbul edem jaringan dan pertambahan eksudat. Caiaran dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak dan darah.
Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotil tetapi segera dikuti oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan di dalam usus besar.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Test laboratorium
• Leukositosis
• Hematokrit meningkat
• Asidosis metabolik
2. X. Ray
• Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan :
• Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
• Usus halus dan usus besar dilatasi.
• Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.

PROGNOSIS
• Mortalitas tetap tinggi antara 10 % - 40 %.
• Prognosa lebih buruk pada usia lanjut dan bila peritonitis sudah berlangsung lebih dari 48 jam.
• Lebih cepat diambil tindakan lebih baik prognosanya.


PENATALAKSANAAN
Penggantian cairan, koloid dan elektroli adalah focus utama. Analegesik diberikan untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang inkubasi jalan napas dan bantuk ventilasi diperlukan. Tetapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotic, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolic dan terapi modulasi respon peradangan.Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah sepakat pasien dengan tanda peritonitis atau hipovolemia harus menjalani explorasi bedah, tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa-tanda-tanda sepsis dengan hemodinamik stabil. Semua luka tusuk di dada bawah dan abdomen harus dieksplorasi terlebih dahulu. Bila luka menembus peritoniummaka tindakan laparotomi diperlukan. Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis, syok, hilangnya bising usus, terdaat darah dalam lambung, buli-buli dan rectum, adanya udara bebas intraperitoneal dan lavase peritoneal yang positif juga merupakan indikasi melakukan laparotomi. Bila tidak ada, pasien harus diobservasi selama 24-48 jam. Sedangkan pada pasien luka tembak dianjurkan agar dilakukan laparotomi.Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien yang mencakup tiga fase yaitu :1. Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien digiring kemeja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien ditatanan kliniik atau dirumah, menjalani wawancaran praoperatif dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan dan pembedahan. Bagaimanapun, aktivitas keperawatan mungkin dibatasi hingga melakukan pengkajian pasien praoperatif ditempat ruang operasi.2. Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai dketika pasien masuk atau dipindah kebagian atau keruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi: memasang infuse (IV), memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Pada beberapa contoh, aktivitas keperawatan terbatas hanyapada menggemgam tangan pasien selama induksi anastesia umum, bertindak dalam peranannya sebagai perawat scub, atau membantu dalam mengatur posisi pasien diatas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesejajaran tubuh.3. Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan kliniik atau dirumah. Lingkup keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase pascaoperatif langsung, focus terhadap mengkaji efek dari agen anastesia dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan. Setiap fase ditelaah lebih detail lagi dalam unit ini. Kapan berkaitan dan memungkinkan, proses keperawatan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi diuraikan.

DIAGNOSA YANG MUNCUL
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu memasukkan, mencerna dan mengabsorbsi makanan karena factor biologi.
c. Kurang perawatan diri mandi/hygiene berhubungan dengan nyeri dan kelemahan.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh.

DX I.
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, nyeri berkurang dengan criteria :
NOC
PAIN CONTROL (1605)
160501 Mengenal factor penyebab
160502 Mengenal reaksi serangan nyeri
160509 Mengenal gejala nyeri
160511 Melaporkan nyeri terkontrol
Tingkat Nyeri
210203 Frekuensi nyeri
210206 Ekspresi akibat nyeri

Intervensi(NIC)
Analgetik administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan tingkat nyeri sebelum mengobati pasien.

Berikan analgetik yang tepat sesuai dengan resep.

Catat reaksi analgetik dan efek buruk yang ditimbulkan

Lihat catatan kesehatan pasien dan diagnosa akhir apakah perlu diberikan obat penenang.

Catat efek pengobatan.

Pain management
Anjurkan tidur/ istirahat cukup.
Ajarkan teknik relaksasi

Rasional

Agar dapat melakukan tindakan dengan tepat sesuai kondisi pasien.

Mengurangi nyeri yang dirasakan.


Memantau apakah pemberian analgetik perlu diteruskan.


Memastikan perlu atau tidak diberikan obat penenang.


Mencegah efek buruk yang dapat ditimbulkan.

Agar tidur pasien adekuat.

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, kebutuhan cairan terpenuhi dengan criteria :
Fluid Balance :
060101 Tekanan darah dalam rentang normal
060107 Keseimbangan intake dan output selama 24 jam
Status Nutrisi
100401 Intake nutrisi
100402 Intake makanan dan cairan
100403 Bertenaga


Nutritional management
Berikan pilihan makanan.

Berikan makanan berprotein tinggi, kalori tinggi, bergizi, dan minum.

Berikan perawatan mulut sebelum makan.

Rasional
Mempengaruhi pasien untuk meningkatkan nafsu makan.
Memastikan keseimbangan intake dan output.
Memastikan pasien mendapat cukup kalori untuk menunjang aktivitas.
Meningkatkan nafsu makan dengan memberikan makanan yang disukai.
Menjaga asupan nutrisi untuk sumber energi.
Menghilangkan ketidaknyamanan pada mulut.

3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, penampilan lebih baik dan bersih dari sebelumnya dengan criteria :
Perawatan Diri: Mandi(0301)
030101 Masuk dan keluar kamar mandi
030110 Membasuh tubuh
030111 Mengeringkan tubuh
Perawatan Diri: Aktivitas Sehari-Hari
030006 Bersih

INTERVENSI (NIC)
Mandi
Bantu mandi di tempat tidur.

Mandikan dengan air dengan suhu yang nyaman.

Pantau kondisi kulit ketika mandi

Pantau kemampuan fungsi tubuh ketika mandi.

Membantu Perawatan Diri : Mandi/ Kebersihan
Bantu pasien sampai benar-benar mampu melakukan perawatan diri.
Mempertahankan kebersihan diri pasien.
Meningkatkan kenyamanan pada pasien.

RASIONAL
Memantau apakah ada infeksi/luka pada kulit.
Untuk menunjang aktivitas pasien
Mempertahankan kebersihan diri pasien.

4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pola tidur lebih baik dari sebelumnya dengan criteria :
Sleep (0004):
000401 Lamanya tidur
000403 Pola tidur
000404 Kualitas tidur
000406 Tidur tidak terganggu
000408 Perasaan segar saat bangun tidur

sleep Enchancement:
Pantau pola tidur dan lamanya tidur pasien.

Ciptakan lingkungan untuk mendukung tidur pasien.

Berikan pijatan nyaman.

Anjurkan peningkatan lamanya tidur.

Berikan obat tidur.


Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai kenyamanan, teknik peningkatan tidur, dan perubahan gaya hidup yang dapat mengoptimalkan tidur.

RASIONAL
Mengetahui pola tidur dan lamanya tidur pasien.
Menciptakan kenyamanan.
Memberikan kenyamanan.
Agar kebutuhan tidur terpenuhi.
Memudahkan pasien untuk tidur.
Memberikan tindakan yang tepat dalam hal peningkatan tidur.

5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien dapat melakukan aktivitas lebih baik dari sebelumnya dengan criteria :
Activity Tolerance (0005):
000502 Nadi normal untuk beraktivitas
000504 Tekanan darah sistolik normal untuk beraktivitas
000505 Tekanan darah diastoli normal intuk beraktivitas
000512 Bertenaga
000513 Menunjukkan aktivitas sehari-hari

INTERVENSI
Activity Terapy :
Tentukan komitmen pasien untuk meningkatkan frekuensi aktivitas.

Ajarkan pasien/ keluarga cara melakukan keinginan beraktivitas.

Bantu pasien mengembangkan motivasi diri dan kekuatan untuk beraktivitas.

Berikan aktivitas pengganti ketika pasien mempunyai waktu, energi, dan kemampuan untuk bergerak.

Energy Management:

Pantau intake nutrisi.

Pantau tanda-tanda vital.

Berikan latihan gerakan aktif/ pasif.

Bantu pasien melakukan aktivitas fisik secara teratur, misalnya perubahan posisi dan perawatan diri.

Evaluasi peningkatan aktivitas.

RASIONAL
Meningkatkan kepercayaan diri pada pasien.
Untuk menyalurkan keinginan pasien untuk beraktivitas.
Agar pasien memiliki semangat dan kekuatan untuk beraktivitas/bergerak.
Menghilangkan kejenuhan pada pasien dan meringankan ketegangan otot.


Menjamin sumber energi
Memastikan kondisi dan perkembangan pasien.
Meringankan ketegangan otot.

Mencegah adanya luka pada daerah tertekan dan mempertahankan kebersihan diri pasien.

Agar dapat menentukan tindakan apa yang harus dilakukan.












DAFTAR KEPUSTAKAAN

Dr. Sutisna Himawan (editor). Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI

Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott Company. Philadelphia. 1984.

Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.

http://lensaprofesi.blogspot.com/2009/01/askep-peritonitis.html


By : DWI SUDARMAN
04.07.1610

Tidak ada komentar:

Posting Komentar